Aku Dan PSK Di Surabaya.
Malam itu, udara benar-benar dingin. Hujan lebat yang telah membuat jalanan kota menjadi banjir, menyisakan dinginnya seiring gelapnya malam. Aku berjalan menembus dinding udara dingin saat itu.
Di depan sana, ku lihat seseorang berjalan dengan santainya. Dia berjalan ke arahku, dan aku pun melangkah seolah ingin menghapirinya seiring arah yang memang sedari tadi aku melangkah kesana.
Kita pun bertemu di satu titik. Sambil tersenyum, ia menundukkan bahunnya dan menawarkan apa yang ia punya. "Mau mas?", ia memulai percakapan. Entah setan apa yang sudah merasuki pikiranku, tanpa basa-basi aku menjawabnya. "Iya", Aku menerima tawaran itu.
Kebetulan titik temu kita jauh dari jangkauan lampu kota. Kita berduaan di bawah pohon ridang yang biasa dijadikan remaja-remaja sebagai tempat nongkrong setiap malam.
Sambil menunggunya mempersiapkan semuanya, aku menggosok-gosokkan telapak tanganku satu samalain dan ku tempelkan pada pipi dan kudukku. Ini biasa ku lakukan setiap kali ingin menghilangkan rasa dingin.
Semuanya sudah siap. Aku mulai menggerakkan tanganku, mendekatkan bibirku dan menghembuskan nafasku ke arah apa yang ingin ku cumbu. Dingin yang dari tadi ku rasakan, semuanya mulai hilang entah siapa menyihirnya, berubah menjadi kehangatan yang meresap ke seluruh tubuh.
Keringat mulai membasahi keningku. Dan memang benar, betapa nikmat sekali yang ku rasa. "Kenapa tidak dari dulu ku cicipi ini", gumamku dalam hati. Ahhh... Sudahlah. Tak mau aku panjang lebar bercerita disini. Setelah semua itu, aku meraba saku celana, mengeluarkan dompet dan membayarnya sesuai tarif yang sudah dia tetapkan.
Ingin sekali aku menemuinya lagi, tapi keadaan tak memungkinkan, karena malam itu adalah malam terakhirku di Surabaya dan besoknya harus pulang ke Madura. Hahaha... Wajar saja jika aku ketagihan dengan sate itu. Hangatnya pass dan lembut dagingnya. Semua itu karena penjualnya yang pandai dalam menyajikan sate.
Hehe... Inilah kisahku dengan PSK (Pedagang Sate Keliling) di Surabaya.
Baicha Biessell
Di depan sana, ku lihat seseorang berjalan dengan santainya. Dia berjalan ke arahku, dan aku pun melangkah seolah ingin menghapirinya seiring arah yang memang sedari tadi aku melangkah kesana.
Kebetulan titik temu kita jauh dari jangkauan lampu kota. Kita berduaan di bawah pohon ridang yang biasa dijadikan remaja-remaja sebagai tempat nongkrong setiap malam.
Sambil menunggunya mempersiapkan semuanya, aku menggosok-gosokkan telapak tanganku satu samalain dan ku tempelkan pada pipi dan kudukku. Ini biasa ku lakukan setiap kali ingin menghilangkan rasa dingin.
Semuanya sudah siap. Aku mulai menggerakkan tanganku, mendekatkan bibirku dan menghembuskan nafasku ke arah apa yang ingin ku cumbu. Dingin yang dari tadi ku rasakan, semuanya mulai hilang entah siapa menyihirnya, berubah menjadi kehangatan yang meresap ke seluruh tubuh.
Keringat mulai membasahi keningku. Dan memang benar, betapa nikmat sekali yang ku rasa. "Kenapa tidak dari dulu ku cicipi ini", gumamku dalam hati. Ahhh... Sudahlah. Tak mau aku panjang lebar bercerita disini. Setelah semua itu, aku meraba saku celana, mengeluarkan dompet dan membayarnya sesuai tarif yang sudah dia tetapkan.
Ingin sekali aku menemuinya lagi, tapi keadaan tak memungkinkan, karena malam itu adalah malam terakhirku di Surabaya dan besoknya harus pulang ke Madura. Hahaha... Wajar saja jika aku ketagihan dengan sate itu. Hangatnya pass dan lembut dagingnya. Semua itu karena penjualnya yang pandai dalam menyajikan sate.
Hehe... Inilah kisahku dengan PSK (Pedagang Sate Keliling) di Surabaya.
Baicha Biessell
Post a Comment for "Aku Dan PSK Di Surabaya."