Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Lebih Baik Mengutamanakan Akhirat Dari Pada Dunia


Kutipan Inspiratif : LIFE GUIDE (Inspiration story)
.
Dulu dikala aku kecil, aku selalu mendapat peringkat 1 baik di tingkat SD, SMP, SMA

Semua merasa senang, ibu & ayah pun selalu memelukku dengan bangga. Keluarga sangat senang melihat anaknya pintar & berprestasi.

Aku masuk perguruan tinggi ternama pun, tampa embel-embel test.

Orang tua dan teman-teman ku merasa bangga terhadap diriku.

Tatkala aku kuliah IPK ku selalu 4 & lulus dengan predikat cum laude.

Semua bahagia, para rektor menyalami ku & merasa bangga memiliki mahasiswa seperti diriku, jangan ditanya tentang orang tua ku, tentunya mereka orang yang paling bangga, bangga melihat anaknya lulus dengan predikat cum-laude. Teman-teman seperjuangan ku pun gembira. Semua wajah memancarkan kebahagiaan.

Lulus dari perguruan tinggi aku bekerja disebuah perusahan bonafit. Karirku sangat melejit & gajiku sangat besar.

Semua pun merasa bangga dengan diriku, semua rekan bisnisku selalu menjabat tangan-ku, semua hormat & menghargai diriku, teman-teman lama pun selalu menyebut namaku sebagai salah satu orang sukses.

Namun ada sesuatu yang tak pernah kudapatkan dalam perjalanan hidup ku selama ini. Hatiku selalu kosomg & risau. Perasaan sepi selalu memghantui hari-hariku. Ya..aku terlalu mengejar duniaku & mengabaikan akhiratku. Aku sedih...

Ketika aku berikrar untuk berjuang bersama barisan pembela Rasulullah saw & ku buang segala title keduniaanku, kutinggalkan dunia ku untuk mengejar akhirat & ridhaNya. Seketika itu pula dunia terasa berbalik. Yaa... Dunia seperti berbalik. Ku putuskan untuk merantau & memilih mempelajari ilmu Al-Qur'an & hadist & kuhafalkan Al-Qur'an 30 juz.

Semua orang mencemooh & memaki diriku. Tak ada lagi pujian, senyum kebanggan, peluk hangat dll. Yang ada hanyalah cacian.

Terkadang orang memaki diriku, "buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya masuk pesantren.
Dia itu orang bodoh..! Udh punya pekerjaan enak ditinggalin...

Berbagai caci & maki tertuju pada diriku, bahkan dari keluarga yang tak jarang membuat diriku sedih....

"Apa ada lulusan perguruan tinggi terkenal masuk pondok tahfidz..?
" Ga sayang apa udah dapat kerja enak, mau makan apa & dari mana lagi..?

Kata mereka..

Ya, pertanyaan2 itu terus menyerang & menyudutkan diriku.

Hingga suatu ketika..

Ketika fajar mulai menyingsing ku ajak ibu untuk shalat berjamaah di masjid, masjid tempat dimana aku biasa menjadi imam.

Ini adalah shalat subuh yg akan selalu ku kenang.

Ku angkat tangan seraya mengucapkan takbir. " Allaaahuu akbaar"_
ku agungkan Allah dengan seagung2nya.

Ku baca doa iftitah dalam hati ku, berdesir hati ini rasanya....
Kulanjutkan membaca Al-Fatihah,
Bismillahirrahmaanirrahiiim, (smp disini hati ku bergetar ), ku sebut namaNya yang maha pengasih & maha penyayang..

Alhamdulillahirabbil alamiin...
Ku panjatkan puji2an untuk Rabb semesta alam..

Kulanjutkan bacaan lamat2, ku hayati surah al-fatihah dengan seindah2nya tadabur, tanpa terasa air mata jatuh membasahi wajahku....

Berat lidah ku untuk melanjutkan ayat, Arrahmaanirrahiim,
ku lanjutkan ayat dengan nada yang mulai bergetar....

Malikiyaumiddin, kali ini aku sudah tak kuasa menahan tangisku.

Iyyaka na'budu wa iyyaka nastaiin, "yaa Allah hanya kepadaMu lah kami menyembah & hanya kepadaMu lah kami meminta pertolongan."
Hati ku terasa tercabik2, sering kali diri ini menuntut kepada Allah untuk memenuhi kebutuhanku, tapi aku lalai melaksanakan kewajibanku kepada-Mu.

Sampai lah aku pada akhir ayat dalam surah Al-Fatihah. Ku seka air mata & ku tenangkan sejenak diriku.

Selanjutnya aku putuskan utk membaca surah _Abasa'_. Ku hanyut dalam bacaan ku, terasa syahdu, hingga terdengar isak tangis jamaah sesekali. Bacaan terus mengalun, hingga sampai lah pada ayat 34. Tangisku memecah sejadi2nya.

Yauma yafirrul mar'u min akhii, wa ummihii wa abiih, wa shaahibatihi wa baniih, likullimriim minhum yauma idzin sya'nuy yughniih...

Tangisku pun memecah, tak mampu ku lanjutkan ayat tersebut, tubuhku terasa lemas....

Setelah shalat subuh selesai, dalam perjalnan pulang, ibu bertanya : "mengapa kamu menangis saat membaca ayat tadi, apa artinya..?"

Aku hentikan langkahku & aku jelaskan pada ibu. Kutatap wajahnya dalam2 & aku berkata :

"wahai ibu..
Ayat itu menjelaskan tentang huru hara padang mahsyar saat kiamat nanti, semua akan lari meninggalkan sudaranya...

Ibunya...
Bapaknya..
Istri & anak2nya..

Semuanya sibuk dengan urusannya masing-masing.

Bila kita kaya orang akan memuji dengan sebutan orang yang berjaya...,

Namun ketika kiamat terjadi apalah gunanya segala puji-pujian manusia itu....

Semua akan meninggalkan kita. Bahkan itupun akan meninggalkan aku..

Ibu pun meneteskan air mata, ku seka air matanya...

Ku lanjutkan, "Aku pun takut bu bila di ara masyar bekal yang ku bawa sedikit.."

Pujian orang yang ramai selama bertahun-tahun pun kini tak  berguna lagi...

Lalu kenapa orang beramain-main menginginkan pujian & takut mendapat celaan. Apakah mereka tak menghiraukan kehidupan akhiratnya kelak...?

Ibu kembali memelukku & tersenyum. Ibu mengatakan, "betapa bahagianya punya anak seperti dirimu..."
Baru kali ini aku merasa bahagia, karna ibuku bangga terhadap diriku.

Berbagai pencapaian yang aku dapat dulu, walaupun ibu sama memeluk ku namun baru kali ini pelukan itu sangat membekas dalam jiwaku.

Wahai manusia sebenarnya apa yang kalian kejar..?
Dan apa pula yang mengejar kalian..?
Bukankah maut semakin hari semakin mendekat...?

Dunia yang menipu jangan sampai menipu & membuat diri lupa pada negeri akhirat kelak...

Wahai saudaraku,
apakah kalian sadar nafas kalian hanya beberapa saat lagi..?

Sebelum lubang kubur kalian akan digali..
Apa yang aku & kalian banggakan dihadapan Allah & RasulNya kelak...?

Wallahua'lam...


Oleh: Prof Joni Hermana

Post a Comment for "Lebih Baik Mengutamanakan Akhirat Dari Pada Dunia"