Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Babah Aku Rindu

Babah, aku rindu...
Ketika engkau hadir di situasi genting di negeri ini. Tatapanmu yang tajam, diammu yang penuh renungan, dan sedikit ucapanmu yang dirindukan tetapi menentukan kebijakan demi membimbing ummat.

Babah, aku rindu...
Ketika ikhtiyarmu dalam berjuang dicela, dicaci dan dimaki, engkau tak bergeming seperti hening, engkau maju tak gentar menghadapi yang pengkar.

Babah, aku rindu...
Ketika perjuanganmu berujung kegagalan, engkau tampil terdepan dalam teladan kesabaran di hadapan mushaf alquran, larut dalam bacaan. Engkau telan seluruh sumpah serapah mereka yang tak sepaham. Engkau redam emosi mereka yang ada di barisanmu dengan tanpa harus membalas perbuatan buruk yang serupa.

Babah, aku rindu...
Ketika perjuanganmu mencapai puncak keberhasilan, engkau tampil terdepan dalam teladan kesyukuran, menjaga amanah buah perjuangan dari keringat mereka yang tulus dalam pengabdian. Engkau tahan euforia, sorak sorai para penyokong perjuangan, hanya demi menjaga perasaan mereka yang sedang menahan kecewa dalam kekalahan. Engkau sungguh tak ridho, bahkan suaramu keras lantang, tak ridho, jika ada ujaran dan aksi brutal, konvoi hura-hura atau sekedar komentar seperti debu bertebaran, kadang kala perih menyakitkan, dan kadang kala menyesakkan.

Babah, aku rindu...
Ketika hari ini, kusaksikan PARA PENGIKUT yang mengaku berada dalam jejak langkahmu, ada yang lalai, ada yang lengah, dan bahkan ada yang mengabaikan hampir seluruh keteladananmu, membawa namamu, mengulang ucapanmu dengan multidimensi makna kepentingan, syahwat dan angkara murka kekuasaan.

Babah, aku rindu...
Garis perjuangan yang kau tetapkan.
KALAH TAK HARUS MENCELA MENCARI SALAH, MENANG TAK HARUS MENGHINA MENCARI SENANG. Ketika hari ini, seperti hari-hari yang kau jalani.
Babah, sungguh aku rindu...

Oleh: Neng Hj. Nur Sari As'adiyah Fawaid

Post a Comment for "Babah Aku Rindu"